Label

Sabtu, 30 Januari 2016

Hukum Membaca Mushhaf Di Dalam Sholat Malam


بسم الله الرحمن الرحيم
Hukum Membaca Mushhaf Di Dalam Sholat Malam


            Pertanyaan: apa hukum membaca mushhaf di dalam sholat malam?
            Maka jawabannya dengan memohon pertolongan pada Alloh semata:
            Kami tidak menasihati yang demikian itu karena membaca mushhaf di dalam sholat terkadang membuat sibuk dan mengurangi kekhusyu’an dalam sholat. Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anh berkata:
كنت أسلم على النبي صلى الله عليه وسلم وهو في الصلاة فيرد علي فلما رجعنا سلمت عليه فلم يرد علي وقال إن في الصلاة لشغلا.
“Dulu saya mengucapkan salam pada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dalam keadaan beliau sholat, lalu beliau menjawab salam saya. Ketika kami pulang (dari Habasyah), saya mengucapkan salam pada beliau, tapi beliau tidak menjawab salam saya. Dan beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam sholat itu benar-benar ada kesibukan.” (HR. Al Bukhoriy (1216)).
            Dan boleh jadi orang yang sholat tadi sibuk dengan membuka-buka halaman mushhaf, atau ada angin dari kipas yang membolak-balikkan lembarannya sehingga membingungkan dirinya.
            Dan juga bertopang pada mushhaf di dalam sholat itu terkadang menyebabkan Muslimin malas menghapal Al Qur’an, dan itu tidak pantas.
            Tapi jika memang diperlukan maka tidak apa-apa. Hal itu juga dilakukan oleh sebagian Salaf.
            Al Qosim rohimahulloh berkata:
كان يؤم عائشة عبد يقرأ في المصحف.
“Dulu Aisyah diimami seorang hamba sahaya dengan membaca mushhaf.” (diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam “Al Mushonnaf” (7216)/shohih).
            Ibnu Abi Mulaikah rohimahulloh berkata:
أن عائشة أعتقت غلاما لها عن دبر فكان يؤمها في رمضان في المصحف.
“Bahwasanya Aisyah menjanjikan memerdekakan seorang hamba jika beliau meninggal. Hamba tadi mengimami beliau di bulan Romadhon denan membaca mushhaf.” (diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam “Al Mushonnaf” (7217)/shohih).
            Muhammad bin Sirin rohimahulloh berkata:
عن عائشة ابنة طلحة انها كانت تأمر غلاما أو إنسانا يقرأ في المصحف يؤمها في رمضان.
Dari ‘Aisyah binti Tholhah, bahwasanya dirinya memerintahkan seorang hamba atau orang lain untuk membaca mushhaf sambil mengimami dirinya di bulan Romadhon.” (diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam “Al Mushonnaf” (7218)/shohih).
            Dari Syu’bah:
عن الحكم في الرجل يؤم في رمضان يقرأ في المصحف رخص فيه.
 “Dari Al Hakam tentang seseorang yang mengimami di bulan Romadhon sambil membaca mushhaf, beliau memberikan keringanan untuk perbuatan itu.” (diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam “Al Mushonnaf” (7219)/shohih).
            Al Imam Muqbil bin Hadi Al Wadi’iy rohimahulloh ditanya: “Saya sholat mengimami orang-orang, dan tidak ada orang setelah saya yang hapal Al Qur’an. Maka apakah boleh orang lain membuka mushhaf dan mengikuti bacaan saya? Dan itu adalah di sholat tarowih.”
            Maka beliau menjawab: “Untuk lafazh BOLEH, kami tidak mampu untuk mengatakan TIDAK BOLEH. Karena Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda di dalam hadits Ibnu Mas’ud dalam “Shohih”:
إن في الصلاة لشغلا.
“Sesungguhnya di dalam sholat itu benar-benar ada kesibukan.”
Dan Alloh berfirman:
﴿وقوموا لله قانتين
“Dan berdirilah kalian untuk Alloh dalam keadaan tunduk khusyu’.”
Yaitu: merunduk dan hina.
Maka membawa mushhaf itu termasuk kesibukan. Yang penting sholatnya adalah sah tapi makruh. Dan Alloh lebih tahu. Maka kami menasihati untuk tidak melakukan itu.”
(selesai dari kaset “Kaifa Nastaqbil Romadhon”/dari “Fatawal Imam Muqbil Al Wadi’iy”).
            Dan Fadhilatu Syaikhina Yahya bin Ali Al Hajuriy hafizhohulloh ditanya: “Di tempat kami ada seorang imam yang mengimami orang-orang dalam sholat ‘isya dan tarowih di bulan Romadhon dari mushhaf, apakah boleh dia melakukan yang demikian itu?
            Maka beliau hafizhohulloh menjawab: “Lebih baik dia tidak membaca dari mushhaf. Ibnu Hazm berdalilkan akan terlarangnya hal itu dengan sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:
إن في الصلاة لشغلا.
“Sesungguhnya di dalam sholat itu benar-benar ada kesibukan.”
            Orang yang membaca dari mushhaf akan tersibukkan. Maka lebih utama untuk sang imam itu membaca semampunya. Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ﴾ ] المزمل: 20[.
“Maka bacalah apa yang mudah dari Al Qur’an.”
Ini di dalam tarowih, bersamaan dengan bahwasanya sebagian Shohabat melakukan itu, dia membaca dari mushhaf di dalam tarowih.
Adapun di dalam sholat-sholat wajib, maka tidak ada seorangpun dari mereka sholat dengan memakai mushhaf, maka perbuatannya itu adalah MUHDATS (bid’ah).
(selesai dari “Asilatu Ahlissunnah Bi Taribah Saiun”/”Al Kanzuts Tsamin”).
والله تعالى أعلم بالصواب.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar